Senin, 29 November 2010

TUGAS KELOMPOK PSIKOLOGI

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat-Nya penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah psikologi keperawatan yang telah mempercayakan kepada para penulis untuk membahas materi pada makalah yang telah disusun ini. Ucapan terima kasih pula kepada semua teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya buku referensi yang mendukung dan lemahnya pengetahuan dan keterampilan para penulis. Oleh karena itu Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusununan makalah ini, semoga di kesempatan berikutnya makalah ini dapat lebih baik dari yang sekarang.


Kendari, Oktober 2010



Penulis


DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Masalah .............................................................................................… 4
1.3 Tujuan . 4
1.4 Landasan Teori.................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1 Pengertian……………….......................................................................... 5
2.2 Aplikasi psikologi dalam keperawatan.................................................... 7
2.3 Hal penting bagi pendidikan perawat.......... ........................................... 9
2.4 Faktor yang perlu diperhatikan dalam keperawatan................................ 9

BAB III. PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13



BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Psikologi berasal dari perkataan psike (jiwa) dan logos (ilmu/pengetahuan).
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa dan jiwa sebagai dasar dari tingkah laku. Bagaimana kita mempelajari jiwa, di mana hal tersebut mendasari perawatan seorang pasien dan akan mempercepat penyembuhan.
Apa yang hendak diketahui mengenai jiwa bukanlah bentuknya, sebab tidak terlihat hanya dapat dilihat dari tingka laku sehubungan dengan lingkungan.
Lingkungan memberi rangsangan kepada seseorang dan berespon /reaksi.
A (alam/lingkungan dan sekitarnya)
S (stimulus/rangsangan yang berasal dari lingkungan dan mengena orang)
O (orang)
R (respon,reaksijawaban orang tersebut yang ditunjukan kelingkungan)
A (alam/lingkunganyang menerima reaksi orang tersebut)
Bahwa dalam kajian ini kita mempelajari tingkah laku manusia yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi. Definisi modern mengenai keperawatan didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan pada kematian.




1. 2 Rumusan Masalah
Dalam pembahasan psikologi keperawatan ini, kira akan merumuskan suatu masalah yaitu Hubungan ilmu psikologi dengan ilmu keperawatan atau aplikasi psikologi dalam keperawatan.

1. 3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa keperawatan mengetahui kewajiban apa yang harus kita laksanakan kelak kita akan menjadi seorang perawat yakni salah satunya mengetahui beban psikis dari seorang pasien. Dan kita juga dapat mengaplikasikan ilmu psikologi dalam profesi keperawatn.

1. 4 Landasan Teori
Keilmuan dasar keperawatan berfokus pada ilmu yang membentuk pemahaman paradigma, profesi keperawatan, dan konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia serta pemahaman akan beberapa teori keperawatan. Selain itu, kelompok keilmuan ini juga berfokus pada pemahaman konsep diri dan keluarga, konsep kecemasan dan kehilangan, konsep berubah dengan dinamika kelompok, konsep system dan pendekatan system, serta konsep etik dan hokum dalam keperawatan.

Sementara itu, keilmuan keperawatan dasar berfokus pada kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Menjadi tenaga kesehatan yang kompeten tidaklah cukup, yang penting untuk di pahami adalah bagaimana pasien bertahan dan berubah dan juga bagaimana komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan. Kemampuan untuk melakukan keterampilan interpersonal di asumsikan seperti halnya sikap terhadap pasien dari perawat yang penuh perhatian atau keramahan dan perhatian dari dokter yang dapat di percaya.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Berdasarkan ilmu, artinya perawatan harus dilandasi dan menggunakan ilmu perawatan dan kiat keperawatan yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia suatu upaya keperawatan dan penyembuhan. Berdasarkan kiat artinya perawat lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komperehensip dengan sentuhan seni.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan bersifat kompherensip artinya pelayanan keperawatan bersifat menyeluruh, meliputi aspek “ Manusia biopsiko sosial dan spiritua ”.
Secara umum keperawatan adalah merupakan suatau indentifikasi seni. Istilah seni berarti keterampilan praktik yang diperoleh melalui pengamatan/ pengalaman.




Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif
Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi
Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.











2.2 Aplikasi psikologi dalam keperawatan
Di dalam pelayanan kesehatan rumah sakit, petugas yang sangat banyak mendapatkan sorotan karena berpengaruh adalah perawat. Tanpa mengabaikan petugas kesehatan yang lain, kehadiran dan sentuhan perawat mempunyai proporsi yang terbesar dirumah sakit.
Memahami pasien
Dapat dipakai beberapa cara
 Pengamatan : melihat tingkah laku seseorang, usaha mencari arti dari tingkah laku tersebut dengan menginstrospeksi ke dalam dan keluar.
 Persamaan : menyamakan atau analogi dengan melihat situasi yg sama
 Ikut merasakan : seringkali pengalaman tingkah laku dan pemberian arti terjadi begitu cepat.
 Dengan berwawancara : bercakap-cakap dan mengajukan pertanyaan (ada dua macam wawancara,yakni langsung /otoanamnese dan tidak langsung / aloanamnes

Meskipun keperawatan dan psikologi adalah dua bidang yang terpisah, tetapi mereka masih terkait. Dalam bidang keperawatan, fokusnya adalah membantu individu yang kesehatannya terganggu untuk memberikan kesehatan dan pemulihan. Psikologi di sisi lain adalah studi tentang proses mental dan perilaku. Perawatan dan psikologi terkait karena untuk membantu orang cukup pulih dari masalah kesehatan , perawat sering harus memahami perilaku dan keadaan emosional pasien. Ini adalah penting bagi seorang perawat yang berkeinginan untuk membantu pasien pulih dari penyakit

Pertimbangan
Psikologi dan perawat keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan emosional dan biologis pasien mereka. Meskipun kadang-kadang perawat memberikan perawatan dasar mereka miliki.pekerjaan individu mereka dpat mengembangkan kemampuan untuk menjadi lebih mandiri. Hal ini terutama berlaku dalam kasus di mana pasien sudah mulai pulih dari beberapa jenis penyakit.

Efek
Salah satu cara yang meningkatkan psikologi keperawatan adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir mental mereka. Seorang perawat optimis yang membawa kenyamanan kepada pasien memiliki kemampuan untuk mendorong berpikir positif.


Herbert Benson, seorang ahli jantung dan profesor di Harvard Medical School, mengatakan bahwa kemampuan otak untuk mempengaruhi tubuh telah terbukti secara ilmiah. Sikap positif dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan pemulihan.

Biopsikologi
Ketika bidang keperawatan menggabungkan psikologi itu mulai menyerupai lapangan Biopsikologi disebut. Biopsikologi berusaha memahami perilaku melalui teori biologis. Perawatan sudah memiliki basis biologis dan ketika seorang perawat berusaha memahami pasien melampaui tingkat biologis, Biopsikologi mulai muncul. Perluasan bidang-bidang seperti Biopsikologi terus menjadi bagian penting dalam pelatihan keperawatan dan perawat.

Hubungan Pasien
Dalam buku "Psikologi untuk Profesi Keperawatan," penulis mengakui bahwa perawat akhirnya mengembangkan hubungan pribadi yang erat dengan pasien. Dalam rangka mengembangkan hubungan yang sehat, penting bahwa seorang perawat memahami reaksi emosional manusia, dan psikologi adalah kunci untuk memahami hal ini sepenuhnya. Seorang perawat harus menyadari ketika seorang pasien marah, depresi, bingung atau takut, dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menangani emosi tersebut sehingga tidak memperburuk kondisi kesehatan pasien.

Manfaat
Psikologi dapat meningkatkan profesi keperawatan ketika itu diterapkan dengan benar. Ada teori psikologis dan penelitian yang dapat membuktikan dapat bermanfaat bagi individu dalam profesi keperawatan. Meskipun sebagian besar didasarkan keperawatan dalam biologi, ada unsur psikologis dan sosial untuk keperawatan. Ketika perawat memahami dan menerima gagasan ini, mereka menjadi lebih baik profesi mereka.






2.3 Hal penting bagi pendidikan perawat

1. Introspeksi diri : dorongan,motif manakah yang mendorong perawat mengambil profesi ini.
2. Membekali diri : dengan segala pengetahuan
3. Persiapan diri : demi pengabdian dalam bidang perawatan.
Keberhasilan seorang perawat
Pada umumnya tidak seorang pun bekerja tanpa orang lain, begitu pula seorang perawat selalu berada dalam lingkungan orang lain.
Interaksi pasien,dokter dan perawat (dokter memeriksa pasien dan menetukan obat-obatan, di teruskan kepada perawat untuk diberikan kepada pasien).
Ketiga unsur ini saling bekerja sama dan berinteraksi untuk saling memberi informasi dalam hubungannya dengan keadaan pasien.

2.4 Faktor yang perlu diperhatikan dalam keperawatan
1. PERAWAT DAN PASIEN ADALAH PRIBADI-PRIBADI ( pasien mempunyai kepribadian yang merupakan suatu kesatuan yang berintegrasi, bereaksi dengan penyakit, jiwa, dan emosinya serta memiliki penilaian, cita-cita, angan-angan, keinginan dan kebutuhan).
2. PENGALAMN AZAS-AZAS PSIKOLOGI PERLU DALAM HUBUNGAN PERAWATAN ( memiliki kesanggupan melihat dari mata orang lain misalnya dapat memahami perasaan pasien yang takut dioperasi, pasien yang menuntut dan menolak perhatian, pasien kritis, pasien manja, dll).
3. KESANGGUPAN MENILAI TINGKAH LAKU ( melalui pengamatan, tanda atau petunjuk, misalnya seseorang baru kedukaan, ramai dalam berbicara kemungkinan sedang terjadi kecemasan / anxietas).
4. MENCEGAH KECEMASAN (perawat harus peka, misalnya pasien harus diperhatikan, diberitahu, menggunakan bahasa yang mudah di mengerti).
5. SANGGUP MENGENAL TANDA-TANDA PENYESUAIAN YANG MENYIMPANG ( perawat yang paling lama kontak dengan pasien, maka harus dapat mengenal perubahan positif maupun negative).
6. PENGETAHUAN TENTANG SUMBER-SUMBER BANTUAN ( dimana harus mencari berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan pasien).
7. MENGETAHUI LATAR BELAKANG PASIEN SECARA MENYELURUH ( missal pasien ibu, bapak, seorang yang mandiri).

Pendekatan terhadap pasien
Dalam pengabdiannya sorang perawat tidak dapat memilih pasien, kecuali pasien yang dihadapi menderita penyakit berbeda-beda dengan latar belakang yang berbeda pula, bagaimana perawat dapat mengenal. Telah dipahami cara mengenal adalah dengan melihat dan mengamati tingkah laku yang merupakan gejala yang ruwet dan majemuk. Setiap tingkah laku merupakan kelakuan yang berkembang, berasal dari masa lampau.

PERUMUSAN KEPRIBADIAN
Adalah seluruh pribadi itu, yakni bagaimana seseorang merasakan berbuat, baik disadari maupun tidak seperti pada interaksi dengan lingkungan. Selalu berada dalam suatu proses sedang menjadi sesutau yang lain sambil mempertahankan kelangsungan (kontinyuitas) yang menyebabkan mudah dikenal dalam berbagai situasi dari lahir sampai mati.
Suatu penampilan, manifestasi ke luar maupun ke dalam, merupakan fungsi atau ekspresi. Dalam perawatan, sesungguhnya kita berhadapan dengan tubuh/fisik tetapi tidak dapat dipisahkan dari aspek kejiwaan pasien tersebut.
Menurut g.w. Allport, kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari system-sistem psikofisis di dalam individu yang menentukan penyesuaian khas terhadap lingkungan.

A. MOTIVASI
Selain mengenal kepribadian melalui tingkah laku, juga banyak hal yang ingin diketahui melalui kepribadian. Sumber dan sebab dari tingkah laku tersebut adalah :
1. Teori, prndapat atau pandangan tingkah laku selalu diperbaharui, sulit untuk mengukur kepribadian seseorang, karena manusia yang kita hadapi terlalu majemuk dan sering ditemukan unsure-unsur yang tidak terduga.
2. Manusia mewarisi, memiliki perlengkapan biologis bagi kelancaran pertahanan hidupnya.
3. Motif yang mendasari tingkah laku, diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Penyabab tingkah laku motif atau dorongan atau kebutuhan. Ada dua motif yang menggerakkan seseorang yaitu motif biologis dan motif social.


B. KECEMASAN
Kecamasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas penyebabnya, sangat berpengaruh terhadap perkembangan kedewasaan seseorang, karena merupakan kekuatan terbesar dalam menggerakkan tingkah laku normal maupun menyimpang.


C. MACAM-MACAM KEPRIBADIAN SESEORANG
Dari perumusan dapat disimpulkan bahwa kepribadian berubah, berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan. Dalam usaha mengerti kepribadian seseorang akan dipermudah dengan meneliti latar belakang keluarga, pendidikan, kebudayaan dan status sosek (social ekonomi).
Menurut Prof. G. Heymans, ciri-ciri kepribadian berdasarkan :

1. Emosional ; Tipe emosional (mudah tergoyah oleh perasaan), Tipe tidak emosional (hanya sedikit oleh perasaan).
2. Aktivitas ; Pembagian menurut aktivitas atau mudah / sulitnya tergerak untuk bertindak. Tipe aktif (membutuhkan motif lemah untuk bertindak) tipe tidak aktif (motif kuat sekalipun belum dapat menggerakkannya untuk bertindak dengan ciri).
3. Akibat perasaan ; Tipe fungsi primer (tanggapan dan perasaan hanya bekerja bila berada pada pusat kesadaran, pemikiran. Sifat-sifat ; banyak bergerak, kurang tekun, tidak tabah, suasana hati berubah-ubah, daya ingat kurang, boros, tidak cermat, tidak berprinsip, pendapat bertentangan dengan perbuatan). Tipe sekunder ( tanggapan dan perasaan masih tetap bertahan, mempengaruhi kerja psikis walaupun sudah tenggelam dalam bawah sadar. Sifat-sifat ; tenang, tekun, suasana hati tetap, bijaksana, ingatan baik, tidak boros, suka membantu, menaruh kasihan, dapat dipercaya, berpendirian tetap, berkeyakinan, konsekuan, konservatif). Perlu diingat bahwa pembagian tipe ini tidak 100% tetapi perbedaannya pada derajat lebih menonjol.

Menurut C. G. Yung, menggolongkan menurut hubungan dengan dunia luar :

1. Tipe ekstrovert ; tindakan lebih dipengaruhi oleh dunia luar, sifat-sifat (terbuka, lincah dalam pergaulan, riang, ramah, mudah berhubungan dengan orang lain).
2. Tipe introvert ; lebih tertutup dan mendalami dirinya sendiri, tidak terpengaruh puijan, mempunyai ide-ide sendiri dan azas-azas yang dipertahankan, sukar bergaul dan sulit dimengerti orang lain.
3. Tipe ambivalen ; memiliki sifat dari kedua tipe dasar sehingga sulit dimasukkan ke dalam salah satu tipe.




















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Ilmu psikologi sangat penting untuk di miliki oleh seorang perawat.
Telah diketahui bagaimana majemuknya hubungan perawat dengan semua yang di jumpainya, hubungan timbal balik antara sikap perawat dan pasien akan membantu proses penyembuhan atau sebaliknya. Salah satu keberhasilan adalah dengan memahami kepribadian sendiri.
Dari perumusan dapat disimpulkan bahwa kepribadian berubah, berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan. Dalam usaha mengerti kepribadian seseorang akan dipermudah dengan meneliti latar belakang keluarga, pendidikan, kebudayaan dan status sosek (social ekonomi).


SARAN
Pada makalah ini,masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun dari segi teknis penulisannya. oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak khususnya bagi para pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.









DAFTAR PUSTAKA

Perkembangan Dewasa Lansia

Perkembangan Dewasa Lansia (Teori Tentang Proses Menjadi Tua)
18 Februari 2010 Arya Utama Tinggalkan komentar Go to comments
Penuaan sesungguhnya merupakan proses dediffensiasi (de-growth) dari sel, yaitu proses terjadinya perubahan anatomi maupun penurunan fungsi dari sel. Ada banyak teori yang menjelaskan masalah penuaan,antara lain :
1. Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Menurut teori ini sel-sel dalam tubuh dirusak oleh serangan yang terus menerus dari partikel kimia oksigen radikal bebas, yaitu Molekul Oksigen yang memiliki 1 (satu) atau lebih elektron, yang tidak berpasangan, sehingga sangat radikal dan reaktif. Akibatnya sel-sel menjadi rusak sehingga jaringan pembentuk organ pun menjadi rusak, dan dari situlah bermunculan bermacam macam penyakit, akibat kemunduran fungsi organ yang kita kenal dengan penyakit Degeneratif. Adapun sumber radikal bebas dari faktor Internal atau bersumber dari dalam diri kita sendiri antara lain: Stress, depresi, demas, radang dan luka, lelah berlebihan kerja dan olah raga yang berlebihan dan juga metabolisme normal dalam tubuh. Sedangkan faktor external radikal bebas antara lain: Polusi baik dari asap pabrik atau rokok yang kita hirup, juga dari obat-obatan, kemoterapi, pestisida, insextisida, herbisida, makanan, Sinar-X atau rontgen, bakteri, virus dll. Akibat serangan dari radikal bebas ini menyebabkaan berbagai penyakit antara lain: Diabetes, stroke, gagal ginjal, rematik, kanker, sakit jantung, problema kulit, Dan masih begitu banyak yang lainya
2. Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)
Menurut teori ini tubuh dan sel-selnya akan rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara terus menerus dan berlebihan sepanjang hidup akan mengakibatkan tubuh menjadi lemah dan akan mengalami kerusakan dan akhirnya meninggal. Organ tubuh antara lain hati, ginjal, lambung, kulit akan menurun fungsinya karena toxin di dalam makanan dan lingkungan kita yang kita hadapi tiap hari.
3. Teori Neuroendokrin
Teori ini menjelaskan tentang “Kerusakan Akibat Pemakaian” dengan berfokus pada sistem neuroendokrin, jaringan biokimia rumit yang mengatur pelepasan hormon dan elemen-elemen vital tubuh lainnya. Ketika muda, hormon–hormon kita bekerja bersama-sama untuk mengatur berbagai fungsi-fungsi tubuh, termasuk respon kita terhadap panas, dingin dan aktifitas seksual kita. Kelenjar sebesar kacang kenari ini terletak dalam otak dan bertanggung jawab untuk reaksi berantai hormonal kompleks yang dikenal dengan nama lain “thermostat tubuh”. Hormon penting fungsinya untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi tubuh. Sejalan dengan bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon-hormon dalam kadar yang lebih rendah dan dapat menyebabkan efek berbahaya, termasuk penurunan kemampuannya dalam memperbaiki tubuh dan mengatur tubuh. Produksi hormon sangat interaktif, produksi satu tetes hormon apapun akan mempengaruhi mekanisme secara keseluruhan, contohnya; menyampaikan sinyal pada organ-organ lain untuk melepaskan hormon lainnya dalam kadar yang lebih rendah sehingga bagian-bagian tubuh lainnya juga akan mengeluarkan hormon dalam kadar yang lebih rendah.
4. Teori Control Genetic
Teori penuaan-terencana berpusat pada program genetik sesuai DNA kita. Kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, sebuah kecendrungan tipe fisik dan fungsi mental yang telah ditentukan sebelumnya. Warisan genetik tersebut sangat menentukan seberapa cepat dan seberapa panjang kita hidup. Jika menggunakan gambaran kasar, dapat dibayangkan setiap manusia hadir di muka bumi bagaikan sebuah mesin yang sudah terprogram untuk menghancurkan dirinya sendiri. Semua orang memiliki jam biologis yang terus berdetak dan bisa berhenti kapan saja, lebih cepat atau lebih lama beberapa tahun. Ketika jam berhenti berdetak, itu merupakan pertanda bahwa tubuh kita mulai menua dan akhirnya akan mati. Namun, sesuai dengan segala aspek warisan genetik kita, waktu yang berlaku pada jam genetik ini bervariasi, tergantung apa yang kita alami selama pertumbuhan dan bagaimana gaya hidup kita.
Sumber :
Perkembangan Dewasa Akhir
A. Ciri-Ciri dewasa usia lanjut
Menurut Hurlock (1980:380) bahwa ciri-ciri usia lanjut lebih cenderung menuju dan emmbawa kepada penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik, dan pada kesengsaraan daripada kebahagiaan, oleh karena itu memasuki usia lanjut lebih ditakuti dibandingkan dengan memasuki usia dewasa madya.
Beberapa ciri yang dikemukakan Hurlock diantaranya adalah:
1. Terjadinya periode kemunduran pada usia lanjut
Pada saat memasuki usia lanjut, kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan atau disebut dengan “senescene”, dimana seseorang akan menjadi tua pada usia limapuluhan atau tidak sampai pada awal atau akhir usia enampuluhan. Penyebab fisik dari kemunduran ini adalah perubahan pada sel-sel tubuh yang juga ikut menua. Kemunduran ini juga terjadi pada faktor psikologis, sikap yang tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan umumnya dapat membawa seseorang pada keadaan uzur atau menua. Hal ini juga akan sangat berkaitan dengan motivasi. Orang yang motivasinya untuk hidup lemah maka akan cepat mengalami penuaan sebaliknya yang memiliki motivasi kuat akan mengalami perubahan fisik yang lambat.
2. Perbedaan individual pada efek menua
Proses menua akan mempengaruhi orang-orang secara berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena mereka mempunyai sifat-sifat bawaan yang berbeda-beda, sosio-ekonomi yang berbeda-beda dan latar pendidikan yang berbeda. Perbedaan juga akan terjadi pada pria dan wanita. Perbedaan proses tersebut akan membuat antara satu orang dengan yang lain menyikapi proses menua dengan cara berbeda dalam waktu yang sama
3. Usia dini yang dinilai dengan kriteria yang berbeda
Banyak orang usia dewasa akhir melakukan segala apa yang dapat mereka sembunyikan atau samarkan yang menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian orang muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Dengan cara demikian banyak orang dewasa akhir yang menyamarkan dan membuat ilusi mereka belum lanjut usia.


B. Pandangan terhadap Masa Tua
Terdapat beberapa macam defenisi mengenai usia lanjut, yaitu:
1. Secara kronologis, orang usia lanjut dapat dikatakan sebagai orang yang telah berumur 60 atau 65 tahun keatas (Kalish, 1975; Bischof, 1976; Hurlock, 1980 Dixon dan Bouma 1976). Dasarnya berpatokan pada ekonomi, seperti mereka sudah pensiun atau pajak penghasilan yang sudah ditiadakan.
2. Terjadinya perubahan fisik yang menonjol sebagai perubahan postur tubuh, gaya berjalan, roman muka, warna rambut, suara, kekenyalan kulit, kemampuan pendengaran dan melihat.
3. Terjadinya perubahan tingkah laku, yaitu orang yang sudah tua, menjadi pelupa, reaksi terhadap rangsangan yang makin lamban, perubahan pola tidur, gerakan motorik yang lamban dan sebagainya. Juga terdapat pendapat bahwa orang lansia bersifat konservatif (yaitu mempertahankan cara-cara lama dan tidak ingin adanya perubahan)
4. Orang lansia juga sudah dipensiunkan atau diberhentikan dari tuntutan-tuntutan sosial. Ditempatkan pada rumah-rumah pemeliharaan dan menjadi kakek-nenek.
5. Secara praktis, umumnya orang mendefinisikan lansia dari segi umur kronologis, yaitu sekitar umur 65 tahun.
Menurut Erikson (dalam Elida Prayitno) bahwa proses penuaan bukan merupakan proses yang patologis atau menyimpang, kecuali kalau sejarah perkembangan individu yang menjadi tua itu terganggu dimulai sejak is masih bayi, masa pra sekolah, remaja dan usia pertengahan dalam kondisi yang juga menyimpang. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa perkembangan seseorang merupakan proses yang berkelanjutan dan dipengaruhi oleh proses perkembangan sebelumnya.
Untuk menghadapi masa tua seseorang haruslah memiliki pandangan yang positif dan benar tentang usia tua agar tidak menimbulkan sikap pesimis yang tidak beralasan pada usia tua.
a. Bahwa masa tua tidak hanya dialami oleh sekelompok orang, suku atau bangsa saja, tapi masa tua dialami oleh semua orang
b. Manusia selalu bertumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu sehingga menjadi tua adalah peristiwa yang normal
c. Keadaan mental dan fisik seseorang sewaktu menjadi tua tergantung pada kesejahteraan yang dirasakannya pada perkembangan sebelumnya dan pola hidup pribadi seperti sikap mental, hubungan sosial, aktifitas fisik dan mental, pola makan, dan pengaturan waktu istirahat.
d. Kematian merupakan proses yang normal dari sebuah kehidupan dan semua orang mengalaminya, jadi kematian hendaknya diterima dengan keadaan yang wajar.
e. Untuk idak menjadi orang tua yang lemah dan sakit-sakitan maka hal ini tergantung dari pola hidup sebelumnya dan sudah disiapkan pada saat usia dewasa muda dan dewasa pertengahan
f. Pada saat usia lanjut maka akan terjadi perbedaan dengan yang berusia lebih muda, maka dari itu hendaknya disikapi dengan saling mengerti dan saling menyempurnakan pengetahua dan pengalamannya
g. Kemampuan belajat pada usia tua akan sedikit menurun tapi bukan berarti tidak bisa mempelajari hal-hal baru lagi
h. Orang usia tua perlu menyesuaikan diri bahwa mereka sudah berubah dan perlu penyesuaian terhadap karir karena pada umumnya telah pensiun dari pekerjaannya
i. Orang tua selalu ingin mandiri dalam segala hal dan mengatur semuanya sendiri, mempunyai sumber keuangan sendiri dan membelanjakan uang mereka sendiri, mengisi waktu senggang dan sebagainya
j. Keterbatasan fisik yang dimiliki oleh orang tua bukan berarti mereka tidak berguna, namun pengalamannya akan sangat berharga dan perlu dihargai serta perlu untuk dijadikan bahan pelajaran.

C. Alasan mempelajari kehidupan psikologis usia lanjut
Terdapat beberapa alasan mengapa perlu untuk mempelajari kehidupan psikologis dari dewasa akhir atau lansia:
1. Mempu menyediakan berbagai kondisi dan pelayanan informasi yang akan memungkinkan orang yang sudah tua dan yang akan menjadi tua mengalami kehidupan yang memuaskan dan menyenangkan baik secara fisik maupun psikologis
2. Dapat memberikan peranan yang lebih sesuai dengan kebutuhan orang yang telah tua itu dan memahami proses penuaan dalam diri kita sendiri dalam rangka menyiapkan kehidupan masa tua yang memuaskan.
3. Menjadikan tahun-tahun kehidupan sebagai proses kehidupan yang pantas serta memahami bahwa tugas


D. Tugas-tugas perkembangan orang lanjut usia
Orang dewasa akhir yang berkembang dengan baik mampu menampilkan kemempuan-kemampuan berikut:
a. Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal dihari tua.
b. Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan.
c. Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
d. Saling merawat sebagai suami istri.
e. Mampu menghadapi kehilangan pasangan dengan sikap positif (mejadi janda atau duda)
f. Memelihara sanak saudara yang sudah tua.
g. Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.
h. Mengembangkan minat dan perhatian terhadap orang lain diluar keluarga.
i. Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.

E. Faktor-faktor yang menyebabkan menjadi tua
Menurut USDHEW (dalam Elida Prayitno) menyatakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, yaitu:
a. Faktor genetika.
Gen dapat menetukan kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu, serta kemampuan seseorang dalam melawan hausnya berbagai alat tubuh dan pertanggung jawaban dalam menjalani kehidupan lainnya. Begitu juga dalam perkembangan usia dewasa akhir juga dipengaruhi faktor genetik.
b. Faktor lingkungan fisik
Yang termasuk lingkungan fisik ialah:
1. Keadaan alam
Dapat berupa temperatur, pukulan-pukulan keras, radiasi, unsur-unsur toxic akan mempengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka waktu yang lama dan juga akan memberikan pengaruh pada kepuasan atau kebutuhan psikologis dan sosial.
2. Gizi
Seseorang yang kekurangan gizi akan kekurangan pasokan energi sehingga lebih cepat sakit dan mati, sedangkan yang gizinya berlebihan juga akan menimbulkan penyakit seperti lemak yang berlebih dan menimbulkan penyakit seperti jantung.
3. Perawatan medis
Bila kesehatan terpelihara dengan baik maka akan dapat mencegah penyakit dan mempngaruhi usia seseorang, artinya orang yang memelihara kesehatan umumnya tercegah dari penyakit dibandingkan yang tidak memelihara kesehatannya.
c. Faktor latihan dan aktifitas fisik dalam hidup.
Orang yang umurnya panjang umumnya mempunyai latihan fisik yang tertatur, gizi yang cukup, dan aktifitas hidup yang seimbang dengan kebutuhan beristirahat.
d. Terhindar dari stress
Kesehatan dan kestabilan emosi dapat memperlambat penuaan. Ketegangan emosi akan mempengaruhi sistem sirkulasi darah dan hormon sehingga jantung dan hati kurang bekerja secara normal sehingga efisiensi tubuh akan terganggu.

F. Ciri-ciri perubahan fisik
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
1. Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh
Penurunan mitosis menyebabkan kecepatan jumlah sel yang rusak tidak seimbang dengan jumlah sel yang baru. Keadaan ini menyebabkan tubuh lebih banyak kehilangan sel, daripada jumlah sel yang baru sebagai pengganti. Diperkirakan orang berusia antara umur 65 – 70 tahun akan kehilangan 20 % dari keseluruhan sel-sel saraf yang dimilikinya.
2. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun. Pada proses ini terjadi banyak kegagalan dalam pergantian sel-sel tersebut sehingga lansia lebih lama sembuh apabila mengalami sakit
Kehilangan sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan kekuatan dan efisiensi fungsi tubuh, dan kemampuan indera perasa pada lansia. Hal ini terkait dengan perubahan otot, yaitu terjadinya penurunan zat kolagen yang berfungsi untuk menjaga elastisitas. Menurut Marie (1980: dalam elida Prayitno) orang lansia hendaknya:
a. Memakan sayur-sayuran dan buah yang beragam
b. Memakan lalapan sesering mungkin
c. Memakan makan dengan pengolahan yang baik
d. Memakan makanan yang berbentuk bubur
3. Penurunan Dorongan Seks
Menurut Master dan Johnson (1968) bahwa secara psikologis tidak ada alasan mengatakan bahwa orang yang sudah tua tidak dapat lagi menikmati hubungan seks dengan pasangannya, bahkan wanita mengalami pembaruan minat dan kesenangan terhadap hubungan seks. Pada pria yang telah mengalami klimakterium akan memerlukan waktu lama untuk mencapai ereksi dan lebih lama jarak periode refactory, namun bukan berarti mereka terkena impoten. Terpeliharanya ekspresi seksual tergantung pada kesehatan fisik dan mental lansia tersebut
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah
1. Daerah kepala
• Hidung menjulur lemas
• Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi
• Mata kelihatan pudar
• Dagu berlipat dua atau tiga
• Kulit berkerut da kering
• Rambut menipis dan menjadi putih
2. Daerah Tubuh
• Bahu membungkuk dan tampak mengecil
• Perut membesar dan tampak membuncit
• Pinggul tampak menggendor dan tampak lebih besar
• Garis pinggang melebar
• Payudara pada wanita akan mengendor
3. Daerah persendian
• Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat
• Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol
• Tangan menjadi kurus kering
• Kaki membesar karena otot-otot mengendor
• Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.








Mengenali Perkembangan Anak
Sebagian orang berpendapat bahwa mengajar di Sekolah Minggu bukanlah pekerjaan yang sukar. Anggapan seperti inilah yang sering menjadi penyebab kegagalan dalam mengajar.
Karena disamping persiapan mengajar yang matang, seorang Guru Sekolah Minggu dituntut untuk memahami/memperhatikan perkembangan Psikologi Anak berdasarkan usianya. Hal ini akan berpengaruh pada tehnik mengajar yang harus digunakan sesuai dengan perkembangan usia mereka.

Dari berbagai ahli yang menyusun tentang tingkat perkembangan anak, ada dua model yang sangat berpengaruh dalam pengajaran di Sekolah Minggu.
Dengan mempertimbangkan batasan umum Sekolah Minggu, maka dalam pembahasan inipun dibatasi sampai pada usia pra-remaja dengan perkembangan normal.

Perkembangan KOGNITIF ANAK
Menurut PIAGET perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.


Perkembangan PSYCHO-SOSIAL
Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap:
1. Trust >< Mistrust (usia 0-1 tahun) Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan. 2. Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu (usia 2-3 tahun) Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya. sebagai contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah Minggu. Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya (Orang Tua - Guru Sekolah Minggu) 3. Inisiatif >< Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun) Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Mereka sudah lebih bisa tenang dalam mendengarkan Firman Tuhan di Sekolah Minggu. 4. Industri/Rajin >< Inferioriti (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.

Sesuai dengan batasan usia Sekolah Minggu pada umumnya, maka empat tahap berikutnya (Usia diatas 11 tahun) tidak dibahas dalam kolom ini.



psikologi perkembangan moral remaja
Nov 27, '07 5:35 AM
for everyone
Perkembangan Moral

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:

Oleh: Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.

Jakarta, 21 Juni 2002

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tingkat Pra Konvensional

Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap:

Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan
Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat “baik’, hal itu karena anak menilai tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas
Tahap 2 : Orientasi Relativis-instrumental
Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: “jika engkau menggaruk punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu”. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau pun keadilan.

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap :

Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”
Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku mayoritas atau “alamiah”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.
Tahap 4 : Orientasi hukuman dan ketertiban
Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib/norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.

3. Tingkat Pasca-Konvensional (Otonom / Berlandaskan Prinsip)

Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini:

Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial Legalitas
Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal “nilai” dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial (jadi bukan membekukan hukum itu sesuai dengan tata tertib gaya seperti yang terjadi pada tahap 4). Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau pun kontrak. Inilah “ moralitas resmi” dari pemerintah dan perundang-undangan yang berlaku di setiap negara.
Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal
Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas imperatif kategoris) dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret seperti kesepuluh Perintah Allah. Pada hakikat inilah prinsip-prinsip universal keadilan, resiprositas dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat terhadap manusia sebagai pribadi individual.

Berdasarkan penelitian empirisnya tersebut, secara kreatif Kohlberg menggabungkan berbagai gagasan dari Dewey dan Piaget, bahkan berhasil melampaui gagasan-gegasan mereka. Dengan kata lain ia berhasil mengkoreksi gagasan Piaget mengenai tahap perkembangan moral yang dianggap terlalu sederhana.Kohlberg secara tentatif menguraikan sendiri tahap-tahap 4, 5 dan 6 yang ditambahkan pada tiga tahap awal yang telah dikembangkan oleh Piaget. Dewey pernah membagi proses perkembangan moral atas tiga tahap : tahap pramoral, tahap konvensional dan tahap otonom. Selanjutnya Piaget berhasil melukiskan dan menggolongkan seluruh pemikiran moral anak seperti kerangka pemikiran Dewey, : (1) pada tahap pramoral anak belum menyadari keterikatannya pada aturan; (1) tahap konvensional dicirikan dengan ketaatan pada kekuasaan; (3) tahap otonom bersifat terikat pada aturan yang didasarkan pada resiprositas (hubungan timbal balik). Berkat pandangan Dewey dan Piaget maka Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap pertimbangan moral anak dan orang muda seperti yang tertera di atas.
Hubungan antara tahap-tahap tersebut bersifat hirarkis, yaitu tiap tahap berikutnya berlandaskan tahap-tahap sebelumnya, yang lebih terdiferensiasi lagi dan operasi-operasinya terintegrasi dalam struktur baru. Oleh karena itu, rangkaian tahap membentuk satu urutan dari struktur yang semakin dibeda-bedakan dan diintegrasikan untuk dapat memenuhi fungsi yang sama, yakni menciptakan pertimbangan moral menjadi semakin memadai terhadap dilema moral. Tahap-tahap yang lebih rendah dilampaui dan diintegrasikan kembali oleh tahap yang lebih tinggi. Reintegrasi ini berarti bahwa pribadi yang berada pada tahap moral yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada tahap moral yang lebih rendah.
Selanjutnya penelitian lintas budaya yang dilakukan di Turki, Israel, Kanada, Inggris, Malaysia, Taiwan, dan Meksiko memberikan kesan kuat bahwa urutan tahap yang tetap dan tidak dapat dibalik itu juga bersifat universal, yakni berlaku untuk semua orang dalam periode historis atau kebudayaan apa pun.
Menurut Kohlberg penelitian empirisnya memperlihatkan bahwa tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja, yaitu hanya 5 sampai 10 persen dari seluruh penduduk, bahkan angka inipun masih diragukan kemudian. Diakuinya pula bahwa untuk sementara waktu orang dapat jatuh kembali pada tahap moral yang lebih rendah, yang disebut sebagai “regresi fungsional”. Nah, dimana tingkatan moral anda? (jp)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat-Nya penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah KOMUNIKASI UMUM DAN KEPERAWATAN yang telah mempercayakan kepada para penulis untuk membahas materi pada makalah yang telah disusun ini. Ucapan terima kasih pula kepada semua teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya buku referensi yang mendukung dan lemahnya pengetahuan dan keterampilan para penulis. Oleh karena itu Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusununan makalah ini, semoga di kesempatan berikutnya makalah ini dapat lebih baik dari yang sekarang.


Kendari, Oktober 2010



Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Masalah .............................................................................................……. 4
1.3 Tujuan . 4
1.4 Landasan Teori.................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1 Pengertian komunikasi interpersonal………………......................................................................... 5
2.2 Faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal………………………………..................................................... 6
2.3 Klasifikasi komunikasi interpersonal …............ ........................................... 8
2.4 Tujuan komunikasi interpersonal…………………………................................ 8
2.5 Efektivitas komunikasi interpersonal…………………………………………….. 9
2.6 Teori komunikasi interpersonal ………………………………………………….. 11
BAB III. PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15



BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG

Komunikasi, kata ini adalah kunci dalam banyak hal yang melibatkan hubungan antar manusia. Keberhasilan menyampaikan pesan pada orang lain, persis seperti apa yang kita maksudkan, bisa disebut sebagai keberhasilan dalam sebuah hubungan. Sebaliknya, kegagalan komunikasi (miscommunications) bisa jadi bencana bagi para pelaku komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. pabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.
1. 2 RUMUSAN MASALAH

Dalam pembahasan komunikasi interpersonal ini, kita akan membahas banyak hal tentang komunikasi interpersonal baik itu dari segi definisi atau pengertian maupun segala aspek yang terkandung dalam komunikasi interpersonal.

1. 3 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita baik sebagai mahasiswa keperawatan ataupun individu di luar lingkungan keperawatan dapat berkomunikasi dengan baik. Dan juga selain itu, kita dapat mengaplikasikan ilmu komunikasi interpersonal ini ke dalam kehidupan sehari-hari.

1. 4 LANDASAN TEORI

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003,p.30).
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti:
• Persepsi Interpersonal
• Konsep Diri
• Atraksi Interpersonal
• Hubungan Interpersonal.
Dalam tulisan ini, Tim Penulis hanya menjelaskan point hubungan interpersonalnya saja. Karena Tim Penulis beranggapan, pembahasannya terlalu rumit dan dianggap dalam point hubungan interpersonal pembahasannya jelas sehingga mudah dimengerti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Kita dapat memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah jika sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian dari komunikasi intrapersonal. Seperti menganonimkan saja, komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.
Komunikasi Interpersonal menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil.
Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan juga konteks psikologikal. Cara dan bentuk interaksi antara individu akan tercorak mengikuti keadaan-keadaan ini.
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.


2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:
1. Percaya (trust)
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
2. Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
a. Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
b. Orientasi maslah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cra mencapai tujuan.
c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam.
d. Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.
3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dll.
Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh kesombongan, sifat malu dll.


2.3 KLASIFIKASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Redding yang dikutip Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
d. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.


2.4 TUJUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :

a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.

c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.


2.5 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).

1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.


2.6 TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Antara dua individu
Mencapai persefahaman, tidak semestinya persetujuan
Pembentukan hubungan
Persahabatan, percintaan, kekeluargaan dll
1. Teori Tembusan Sosial
• Social Penetration Theory
• Altman & Taylor, 1973
• Proses menjalin hubungan
• Tahap cetek – tidak intim – peribadi
• Lebih banyak maklumat, lebih bersifat peribadi komunikasi
Personaliti diri seperti bawang besar

• Perkara luaran lebih kerap dan lebih awal diceritakan
• Pendedahan ada resiprokal utk perkongsian
• Tembusan cepat di prgkt awal, lambat di tengah
• Proses kebalikan tembusan
2. Teori Pengurangan Ketidakpastian
• Berger (1987)
• Uncertainty Reduction Theory
• Orang tidak dikenali – tidak pasti
• Mengawal kemesraan dgn menambah pengetahuan
• Juga dikenali sebagai teori aksiomatik
Tahap-tahap dalam interaksi
• Fasa permulaan
• Fasa peribadi
• Fasa exit
3. Teori Pendekatan Interaksi
• Paul Watzlawick (1967)
• Interactional View
• Memahami proses membentuk dan mengekalkan hubungan interpersonal.
• Interaksi sosial - Dysfunctional function keluarga
• Aksiom pola komunikasi keluarga
• Kita tidak boleh tidak berkomunikasi
• Manusia berkomunikasi secara analogik dan digital
• Komunikasi mengandungi isu dan hubungan
• Hubungan menerangkan kandungan (metacommunication)
Keadaan hubungan bergantung kepada bagaimana setiap pihak menandakan rangkaian komunikasi mereka
Semua komunikasi adalah komplementari
4. Teori Disonan Kognitif
• Cognitive dissonance theory
• Festinger, 1957
• Jika perlakuan tidak menyamai perkara yang kita percaya, maka ketegangan mental atau disonan kognitif akan berlaku
• Jika isu penting dan perbezaan kelakuan dan kepercayaan besar, semakin besar disonan/ketegangan yang kita rasa








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Kita dapat menyimpulkan bahwa dengan memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah jika sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian dari komunikasi intrapersonal. Seperti menganonimkan saja, komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang.
Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.

SARAN

Pada makalah ini,masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun dari segi teknis penulisannya. oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak khususnya bagi para pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.











DAFTAR PUSTAKA

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dari WWW.GOOGLE.COM

ILMU PSIKOLOGI DIKAITKAN DENGAN KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha esa, karena atas izin dan kuasanya kami “KELOMPOK V” dapat mencari bahan untuk dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “PROFESI KEPERAWATAN YANG DI KAITKAN DENGAN ILMU PSIKOLOGI”.
Penulis menyadari bawa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat kesalahan dan kekurangna baik dari segi materi pembahasan maupun dari tehnik penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang baik demi kesempurnaaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusununan makalah ini, semoga di kesempatan berikutnya makalah ini dapat lebih baik dari yang sekarang.

Kendari, 1 Oktober 2010


Penulis
Kelompok V







DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
BAB.I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………….
1.3. Tujuan……………………………………………………………………
1.4. Manfaat………………………………………………………………….
BAB II. PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
1.1 Pengertian keperawatan dan psikologi
1.2 Profesi keperwatan yang ber

BAB III . PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22


DAFTAR PUSTAKA








BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Keperawatan adalah ilmu yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, budaya dan spiritual dari individu. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.

Seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat harus dapat bekerjasama dengan pihak – pihak lain yang berkaitan dengan tugasnya. Seperti dengan pasien, teman sejawat, profesi lain yang terkait dan instansi. perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan biologis, psikologis, sosial dan spiritual sesuai kebutuhan pasien.

Oleh karena itu, perawat diharapkan memiliki kemampuan untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungan kerja, seperti pasien, rekan perawat dan dengan profesi lain yang berhubungan langsung dalam menjalankan pekerjaan. Misalnya penyesuaian dengan pasien, perawat harus benar – benar sensitif terhadap perubahan kondisi pasien akibat suatu penyakit, harus memahami keberadaan pasien sehingga sabar dan tetap menjaga etika dan moral.





1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimana profesi keperawatan terkait dengan ilmu psikologi.

1.3 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah Mendeskrepsikan bagaimanakah profesi keperawatan terkait ilmu psikologi.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah:
• Penulis dapat memperoleh pengetahuan tentang pengertian keperawatan dan psikologi dan penulis dapat memperoleh pengetahuan bahwa profesi keperawatan sangat berkaitan dengan ilmu psikologi.
• Pembaca dapat memperoleh pengetahuan tentang pengertian keperawatan dan psikologi dan penulis dapat memperoleh pengetahuan bahwa profesi keperawatan sangat berkaitan dengan ilmu psikologi.










BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Berdasarkan ilmu, artinya perawatan harus dilandasi dan menggunakan ilmu perawatan dan kiat keperawatan yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia suatu upaya keperawatan dan penyembuhan. Berdasarkan kiat artinya perawat lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komperehensip dengan sentuhan seni.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan bersifat kompherensip artinya pelayanan keperawatan bersifat menyeluruh, meliputi aspek “ Manusia biopsiko sosial dan spiritua ”.

Secara umum keperawatan adalah merupakan suatau indentifikasi seni. Istilah seni berarti keterampilan praktik yang diperoleh melalui pengamatan/ pengalaman


Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif
Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi
Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.



1.2 Profesi Keperawatan Yang Berkaitan dengan Psikologi

Meskipun keperawatan dan psikologi adalah dua bidang yang terpisah, tetapi mereka masih terkait. Dalam bidang keperawatan, fokusnya adalah membantu individu yang kesehatannya terganggu untuk memberikan kesehatan dan pemulihan. Psikologi di sisi lain adalah studi tentang proses mental dan perilaku. Perawatan dan psikologi terkait karena untuk membantu orang cukup pulih dari masalah kesehatan , perawat sering harus memahami perilaku dan keadaan emosional pasien. Ini adalah penting bagi seorang perawat yang berkeinginan untuk membantu pasien pulih dari penyakit

Pertimbangan
Psikologi dan perawat keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan emosional dan biologis pasien mereka. Meskipun kadang-kadang perawat memberikan perawatan dasar mereka miliki.pekerjaan individu mereka dpat mengembangkan kemampuan untuk menjadi lebih mandiri. Hal ini terutama berlaku dalam kasus di mana pasien sudah mulai pulih dari beberapa jenis penyakit.

Efek
Salah satu cara yang meningkatkan psikologi keperawatan adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir mental mereka. Seorang perawat optimis yang membawa kenyamanan kepada pasien memiliki kemampuan untuk mendorong berpikir positif.


Herbert Benson, seorang ahli jantung dan profesor di Harvard Medical School, mengatakan bahwa kemampuan otak untuk mempengaruhi tubuh telah terbukti secara ilmiah. Sikap positif dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan pemulihan.

Biopsikologi
Ketika bidang keperawatan menggabungkan psikologi itu mulai menyerupai lapangan Biopsikologi disebut. Biopsikologi berusaha memahami perilaku melalui teori biologis. Perawatan sudah memiliki basis biologis dan ketika seorang perawat berusaha memahami pasien melampaui tingkat biologis, Biopsikologi mulai muncul. Perluasan bidang-bidang seperti Biopsikologi terus menjadi bagian penting dalam pelatihan keperawatan dan perawat.

Hubungan Pasien
Dalam buku "Psikologi untuk Profesi Keperawatan," penulis mengakui bahwa perawat akhirnya mengembangkan hubungan pribadi yang erat dengan pasien. Dalam rangka mengembangkan hubungan yang sehat, penting bahwa seorang perawat memahami reaksi emosional manusia, dan psikologi adalah kunci untuk memahami hal ini sepenuhnya. Seorang perawat harus menyadari ketika seorang pasien marah, depresi, bingung atau takut, dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menangani emosi tersebut sehingga tidak memperburuk kondisi kesehatan pasien.





Manfaat
Psikologi dapat meningkatkan profesi keperawatan ketika itu diterapkan dengan benar. Ada teori psikologis dan penelitian yang dapat membuktikan dapat bermanfaat bagi individu dalam profesi keperawatan. Meskipun sebagian besar didasarkan keperawatan dalam biologi, ada unsur psikologis dan sosial untuk keperawatan. Ketika perawat memahami dan menerima gagasan ini, mereka menjadi lebih baik profesi mereka.



























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan




Saran

Dalam penulisan makalah ini kelompok kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isi maupun teknis penulisannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan dalam penulisan makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, terutama mata kuliah Keperawatan










DAFTAR PUSTAKA

TUGAS KOMUNIKASI

1) DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses pertukaran info/proses yang menimbulkan makna atau arti.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. pabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

2) MANFAAT KOMUNIKASI DAN FUNGSI KOMUNIKASI
Manfaat komunikasi :
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain.
Fungsi komunikasi :
Fungsi Komunikasi secara umum
1. Dapat menyampaikan pikiran atau perasaan
2. Tidah terasing atau terisolasi dari lingkungan
3. dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu
4. dapat mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan
5. Dapat mengenal diri sendiri
6. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain.
7. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang
8. Dapat mengisi waktu luang
9. Dapat menambah pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku kebiasaan
10. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku sebagaimana diharapkan.
FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.Pembentukan konsep diriKonsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
FUNGSI KOMUNIKASI EKSPRESIF Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.
FUNGSI KOMUNIKASI RITUAL Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata2 dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.
FUNGSI KOMUNIKASI INSTRUMENTAL Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.


3) UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
• Komunikator (source, endorder, sanler)
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari:
1. Satu orang.
2. Banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang.
3. Massa.


• Pesan ( message, rangsangan, stimulus)
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
Pesan bersifat verbal (verbal communication) antara lain:
1. Oral (komunikasi yang dijalin secara lisan).
2. Written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).
Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) yaitu:
1. Gestural communication (menggunakan sandi-sandi -> bidang kerahasiaan)
Bagan. Unsur komunikasi pesan

• Komunikan (decoder, receiver)
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan.
Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian. Dilihat dari jumlah komunikator dan komunikan, maka proses komunikasi dapat terjadi 9 kemungkinan.


• Sarana/media
• Feed back (tanggapan balik)
Eksternal : tanggapan dari komunikan
Internal : tanggapannya datang dari komunikator sendiri

4) PRINSIP KOMUNIKASI
 Komunikasi adalah suatu proses (tahap, rangkaian peristiwa terus-menerus)
 Komunikasi adalah suatu sistem
 Komunikasi adalah suatu interaksi
 Disengaja atau tidak di sengaja

Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasiTidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

5) BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
 Komunikasi personal
- Intrapersonal / pada komunikasi diri sendiri (berpikir)
- Interpersonal / komunikasi antar yang satu dengan yang lain

 Komunikasi kelompok
- Kelompok kecil (diskusi di ruangan)
- Kelompok besar (kampanye)

 Komunikasi massa ( media massa,koran, majalah, dll)

6) METODE KOMUNIKASI
 Komunikasi informatif ( komunikasi yang disampaikan secara umum)
 Komunikasi persuasif ( komunikasi yang sifatnya mengajak)
 Komunikasi koersif ( komunikasi yang berupa perintah / instruksi)

1. Tell : Dalam metode ini, content dikomunikasikan hanya satu arah, sehingga keterlibatan audience sangat kecil, dan impact yang dihasilkan tidak terlalu besar.

2. Sell : Dalam metode ini, pengirim pesan sudah menggunakan cara cara persuasif dalam mengkomunikasikan content (isi pesan) ke audience. Sudah ada partisipasi audience dalam interaksi, sehingga menghasilkan impact yang lebih besar.

3. Joint : Dalam metode ini, sudah terjadi kolaborasi yang sejajar antara pengirim pesan dengan audience, dan terjadi sinergi diantara keduanya sehingga menghasilkan impact cukup besar.

4. Consult : Dalam metode ini, audience lebih aktif dibanding pengirim pesan yang lebih bertindak sebagai fasilitator. Metode ini lebih efektif dalam menginspirasi audience. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, dituntut memiliki kemampuan komunikasi dalam metode ini.

7) JENIS-JENIS KOMUNIKASI
o Komunikasi verbal (secara lisan )
o Komunikasi nonverbal (bahasa tubuh, isyarat, wajah)
o Komunikasi satu arah (instruksi dari atasan ke bawahan)
o Komunikasi dua arah (komunikasi antara du teman seperti dosen/mahasiswa)

8) PENTINGNYA KOMUNIKASI
Pentingnya Komunikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu orang kepada orang lain agar terjadi saling mempengaruhi . komunikasi dapat dilakukan dengan kata – kata yang mudah di mengerti. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar tidak terjadi kesalapahaman dalam lingkungan masyarakat.
Secara umum setiap manusia yang hidup dalam masyarakat, akan terlibat dengan yang namanya komunikasi. Hal tersebut terjadi karena manusia pasti berhubungan secara social.dapat dikatakan komunikasi apabila ada dua oramg atau lebih saling berbicara atau menyampaikan informasi,.. Pengertian komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dan jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa.
Komunikasi dapat dilakukan ada secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya

Komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan masyarakat.Dalam hubungan bilateral antar negara diperlukan juga komunikasi yang baik agar hubungan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Contoh Manfaat komunikasi adalah dalam hubungan bilateral antar negara, seperti yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka timbul kerjasama dalam berbagai bidang yang mana berdampak positif bagi kedua negara tersebut.
Sebaliknya, Miss Communication (terjadinya kesalahan dalam salah satu proses komunikasi) akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau misi yang hendak di capai. Seperti yang terjadi dalam hubungan Indonesia dengan Australia, dimana pihak Australia menganggap pernyataan Indonesia mengenai “Negara Bebas Teroris” di terjemahkan oleh Australia sebagai “Indonesia Gudang Teroris”. Hal ini menyebabkan dampak yang kurang baik dalam hubungan kedua negara tersebut.
Dari kedua contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Contoh lain dalam pendidikan seperti hubungan dosen dengan mahasiswa,dengan adanya komunikasi,maka kegiatan belajar- mengajar akan berlangsung dengan baik dan lancar.

9) CARA MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Langkah-langkah cara mengembangkan ketrampilan komunikasi.
Pengetahuan Anda – Pendidikan adalah segala yang telah Anda pelajari secara mendasar, tapi untuk memperbaiki ketrampilan komunikasi, yang Anda butuhkan adalah bagaimana mempraktekan apa yang telah Anda pelajari. Kita semua memang punya keterbatasan, tapi bukan berarti kita tak dapat belajar membuatnya bermanfaat dan membagi apa yang kita tahu dengan orang lain.

Mendengarkan – Bagian ini sama pentingnya dengan mengajukan pertanyaan. Kadang dengan mendengarkan suara kita sendiri kita dapat belajar sedikit lebih percaya diri. Dan mengatakan hal-hal yang kita percaya dengan penuh keyakinan.

Rendah Hati – Kita semua pernah membuat kesalahan, dan kadang kita cenderung mengucapkan kata-kata yang merendahkan. Atau kadang dengan membuat pengucapan yang salah, yang akibatnya malah membuat orang yang mendengarkan kita tak terkesan. Jadi, saat sedang melakukan percakapan dalam kelompok, jangan takut bertanya apa Anda salah mengucapkan kata dan jika orang lain tak yakin soal ini, jadikan saja bahan lelucon.
Kontak Mata – Tatapan mata bisa mengungkapkan banyak hal. Sangat penting bagi Anda untuk tetap fokus saat berbicara dalam kelompok atau pertemuan, walaupun semua yang hadir Anda kenal dengan baik.

Buat Lelucon – Sedikit humor dapat jadi pereda ketegangan yang luar biasa. Bicara serius terus-menerus akan membuat orang lain bosan. Dengan gurauan Anda dapat menarik perhatian orang lain dan membuat Anda mudah digapai, seperti semua orang.

Menempatkan Seperti Lawan Bicara – Berinteraksi adalah berbaur dengan orang-orang lain. Anda akan mendapat banyak gagasan, saat Anda mengetahui orang lain seperti adanya mereka. Melakukan pembauran juga dapat membangun ketrampilan kepemimpinan Anda.

Mendengarkan Diri Sendiri – Akuilah, ada saat-saat Anda bernyanyi untuk diri sendiri di kamar mandi. Anda juga bisa mulai berlatih dengan mendengarkan semua pemikiran Anda saat Anda sedang sendiri. Bicara lah di depan cermin untuk mengoreksi titian nada yang Anda ucapkan.

Tersenyum – Sebuah senyuman bisa memiliki banyak arti, seperti halnya tatapan mata. Jangan pernah menunjukkan ekspresi meringis atau mengerutkan dahi saat sedang melakukan pertemuan dengan banyak orang. Sebaliknya, dengan senyuman Anda bisa mengekspresikan apa yang Anda katakan dengan lebih baik.

Panutan – Anda pasti punya satu atau dua orang yang selalu Anda dengarkan saat sedang melakukan pertemuan di publik atau di gereja atau pengajian. Meniru bagaimana mereka menekankan apa yang mereka katakan dapat membantu Anda saat sedang berbicara di hadapan orang banyak.

Persiapan – Lakukan persiapan terbaik. Buat catatan, atau lakukan persiapan apa pun yang membuat Anda nyaman untuk mengungkapkan pendapat Anda saat berhadapan dengan orang banyak.